KAJIAN EKOSISTEM DANAU SIPIN, KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN

Provinsi Jambi memiliki potensi sumberdaya perairan umum daratan (PUD) seluas 115.000 Ha, meliputi sungai, danau dan rawa tersebar di 11 kabupaten/kota yang ada dengan potensi lestari sebesar 35.500 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan potensi pada tahun 2014 sebesar 7.566,8 ton (Sumber : Laporan Tahununan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Tahun 2014. Danau sebagai salah satu bagian dari perairan umum merupakan sumber air yang sangat penting dan merupakan bagian dari pada ekosistem penyanggah berkelanjutan yang menompang kehidupan dan danau menjadi penompang fungsi keanekaragaman hayati, sumber dan tempat pembentukan protein, pengelolaan toksiter dalam air, sumber peredam banjir pengisi air tanah dll.

Kota jambi memiliki potensi sumberdaya perairan umum daratan seluas 812 Ha, meliputi sungai 368, danau 135 Ha dan rawa 309 Ha dengan potensi lestari sebesar 690 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan potensi pada tahun 2014 sebesar 678 ton (Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Tahun 2014). Pengkajian ekosistem SDI di PUD merupakan langkah awal untuk menentukan kebijakan atau kegiatan yang akan dilakukan. Namun untuk kajian ekosistem SDI di PUD saat ini di fokuskan di Danau Sipin Kota Jambi dalam rangka Revitalisasi dan Optimalisasi Pengelolaan Danau Sipin, Danau Teluk kenali dan Danau Teluk di Provinsi Jambi sesuai dengan SK Gubernur Jambi Nomor 437/KEP.GUB/DKP/2014.

Danau Sipin memiliki potensi perairan umum yang cukup besar dengan luas 40 Ha dengan kedalaman 10-14 m (pada musim ujan) dengan luas 30 Ha dengan kedalaman 5- 8 m (pada musim kemarau), saat ini Danau Sipin tengah mengalami degradasi fungsi lingkungan di tandai dengan fluktuasi debit air antara musim kemarau dan musim hujan pendangkalan alur sungai dan semakin berkurangnya kapasitas penampungan air danau, selain itu aktivitas manusia dalam mengekploitasi danau seperti mekanisasi transport air, dampak buangan limbah baik rumah tangga maupun industri dan pertanian. Mengakibatkan turunnya kualitas fisik dan kimia air, berkurangnya produksi perikanan karena adanya pencemaran, pendangkalan dan eksploitasi penangkapan yang berlebihan, pencemaran seperti padatan yang menimbulkan kekeruan air mengganggu daerah pemijahan ikan alami disamping telah terputusnya rantai makanan.

danau-sipin1Beberapa permasalahan dalam pengelolaan ekosistem danau adalah terjadinya beberapa kerusakan antara lain :

  1. Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang menyebabkan pendangkalan dan penyempitan danau.
  2. Pembuangan limbah penduduk, industri dan pertanian yang menyebabkan pencemaran danau.
  3. Penangkapan ikan secara berlebihan sehingga merusak sumberdaya ikan.
  4. Pembudidayaan ikan dengan kerambah jaring apung secara berlebihan.

II. GAMBARAN UMUM DANAU SIPIN, KOTA JAMBI

gambarnDanau Sipn ini terletak di pinggiran Kota Jambi, Simpang Buluran Kenali – Legok, Telanaipura, Kota Jambi. Tepatnya berada sekitar 200 m di samping Fakultas Kedokteran Unja. Danau Sipin memiliki luas sebesar 42 Ha. Dalam dunia geologi, danau ini disebut danau tapal kuda (oxbow lake) yang tak bisa lepas dari keberadaan Sungai Batanghari yang memiliki pola berkelok-kelok (meander). Kelokan-kelokan sungai ini, menunjukkan stadia tua pada sungai.

Sungai Batanghari ini tergolong sungai yang berkelok. Sungai berkelok ini berkembang di daerah datar (landai) dengan kecepatan aliran yang konstan dan mengerosi secara lateral. Kelokan pada sungai semakin lama akan semakin berkelok karena arus akan mengerosi bagian kelok luar dan arus akan mengendapkan endapannya pada bagian kelok dalam.

Sungai akan semakin berkelok yang menyebabkan sungai bertambah panjang. Sifat air pasti akan mengambil jalan yang paling cepat untuk dilalui sehingga sungai akan meninggalkan potongan-potongan dan menyebabkan terjadinya danau tapal kuda(oxbow lake). Dalam kasus Sungai Batanghari ini, Danau Sipin adalah hasil dari kelokan sehingga disebut oxbow lake. Gambar berikut akan menjelaskan proses terbentuknya Danau Sipin yang merupakan oxbow lake.

Danau Sipin yang merupakan oxbow lake menyimpan berbagai potensi, baik itu potensi negatif maupun potensi positif.Salah satu potensi negatif Danau Sipin adalah seringnya terjadi banjir di sekitar daerah ini pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan lokasi Danau Sipin yang terletak pada daerah dataran banjir. Daerah sekitar Danau sipin ini akan berpotensi terkena banjir pada saat air sungai meluap bisa dikarenakan hujan sehingga sungai  melimpahkan volumenya ke daerah sekitar. Maka tidak heran apabila pada musim hujan Danau Sipin sering terkena banjir.

Selain berpotensi negatif, Danau Tapal Kuda satu ini juga memiliki berbagai potensi positif. Danau Sipin menyimpan pasokan ikan sungai yang cukup banyak sebagai bahan makanan masyarakat sekitar. Selain itu daerah sekitar danau, yang merupakan daerah dataran banjir, juga memiliki tanah yang subur. Hal ini dikarenakan daerah dataran banjir didominasi oleh endapan sungai berukuran halus (lanau hingga lempung) sehingga sangat cocok sebagai wilayah bercocok tanam. Potensi positif berikutnya ini sedang santer dikembangkan pemerintah yakni dijadikan wilayah wisata Wajar saja, Danau Sipin memiliki panorama alam yang cukup indah. Vegetasi tumbuh subur di daerah ini. Bukan tidak mungkin suatu saat  tempat-tempat tongkrongan seperti kafe di sekitar Sipin Oxbow Lake akan tumbuh menjamur.

Legok Kecamatan Telanaipura yang mempunyai luas ± 89,29 Ha atau 3,4 Km2 memiliki kedalaman danau 2-6 meter dengan batasan wilayah :

1.    Sebelah utara    : berbatasan dengan Sungai Batanghari

2.    Sebelah selatan: berbatasan dengan Kecamtan Kota Baru

3.    Sebelah timur   : berbatasan dengan Kecamatan Pasar Jambi

4.    Sebelah barat    : berbatasan dengan Kecamatan Jambi Luar Kota.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.5  Peta administrasi Danau Sipin dibawah ini.

peta

II.1 Topografi

Geografi wilayah kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas 20.538 ha atau 205,38 Km2. Topografi wilayah kota Jambi terdiri atas wilayah datar dengan kemiringan 0 hingga 2%, bergelombang dengan kemiringan 2 hingga 15%, dan curam dengan kemiringan 15 hingga 40% dengan luas lahan berdasarkan topografi adalah sebagai berikut : a. Datar (1-2%) = 11.326 ha (55 %) b. Bergelombang (2-15%) = 8.081 ha (3,1%) c. Curam (15 – 40%) = 41 ha (0,002%).

Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian dengan kisaran 10 – 60 m dari permukaan laut. Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah Kecamatan Pasar Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0 – 10 meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, Jambi Timur, dan Kotabaru sebagian besar berada pada ketinggian 10 – 40  meter dari permukaan laut. Kondisi topografi daerah Kelurahan Legok (Danau Sipin) pada umumnya berbentuk dataran dengan ketinggian berkisar antara 10 – 30 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan lereng 2-8%.

II.2   Iklim dan Curah Hujan

Kondisi iklim dan curah hujan yang ada di daerah Kelurahan Legok (Danau Sipin) yaitu beriklim tropis dengan dipengaruhi musim barat dan musim timur. Pada saat musim barat angin bertiup ke arah barat yang biasanya terjadi pada bulan April – Oktober, sementara pada saat musim timur angin bertiup ke arah timur dan selatan yang berlangsung pada bulan Oktober – April. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Mei sampai September dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April. Selama tahun 2006 curah hujan di wilayah Kelurahan Legok (Danau Sipin) menunjukkan curah hujan sebesar 2.053 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan dalam setahun mencapai 206 hari. Dimana suhu udara berkisar antara 22,4oC – 31,5oC, dengan suhu rata-rata 26,4oC.

II.3   Geologi dan Struktur Batuan

Lapisan tanah pada suatu lokasi akan sangat berbeda dengan di lokasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh proses pembentukan lapisan tanah tersebut. Dilihat dari struktur batuan Kelurahan Legok (Danau Sipin) pada umumnya terbentuk dari jenis batuan sendiment umur pliosen serta memiliki jenis tanah aluvial. Di mana secara fungsional merupakan lahan peruntukkan kebun campuran, tegalan dan ladang.

II.4   Hidrologi

Danau Sipin mempunyai bentuk oval dan melengkung dengan Pulau Sipin di tengahnya yang memilki kedalaman danau 2-6 meter. Kebutuhan air di Kelurahan Legok (Danau Sipin) pada saat ini sebagian besar di penuhi oleh air tanah dan sumur gali atau pompa tangan serta PAM. Selain itu keberadaan Sungai Batanghari memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyediaan air bersih, karena Sungai Batanghari merupakan sumber air baku di Kelurahan Legok khususnya dan untuk Propinsi Jambi pada umumnya.

II.5   Pola Penggunaan Lahan

Untuk penggunaan lahan di Kelurahan Legok (Danau Sipin) terdiri dari permukiman, perkantoran, fasilitas umum dan sosial, kebun/ladang dan tanah kosong. Penggunaan lahan untuk permukiman dan kebun/ladang pada tahun 2006 mendominasi sebesar 1,3 Km2 atau 38,2 % dan 1,1 Km2 atau 32,4 % dari jumlah luas keseluruhan Kelurahan Legok (Danau Sipin).

III.      PENYELAMATAN EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

III.1   KUALITAS AIR

Penurunan kualitas air di Danau Sipin salah satunya adalah disebabkan oleh adanya aktivitas manusia yang membuat  keramba ikan dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan alternatif sumber air bersih dan kapasitas budidaya perikanan. Faktor yang menjadi penyebab pembuatan keramba dalam jumlah besar itu adalah faktor ekonomi masyarakat yang menjadikan keramba sebagai mata pencarian utama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak adanya larangan / peraturan pemerintah yang tegas dalam membatasi pembuatan keramba ini. Pembuatan keramba ini berkaitan dengan penurunan kualitas air yang menunjukkan pencemaran dan merusak ekosistem adalah dipengaruhi dari faktor banyaknya pemberian pakan ikan (pelet) , faktor pemaksaan pemeliharaan spesies ikan yang dipelihara (patin dan nila) dalam jumlah besar.

DAMPAK EKOLOGI YANG DITIMBULKAN

Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas perairan danau, sehingga tidak sesuai lagi dengan jenis peruntukannya sebagai sumber air baku air minum, perikanan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu, pencemaran juga dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, khususnya spesies endemik (asli) danau tersebut. Dampak negatif lain dari pencemaran perairan danau tidak hanya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis dan ekologis berupa penurunan produktivitas hayati perairan, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian manusia yang memanfaatkan perairan danau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Achmadi, Umar Fachmi., 2001). Berikut adalah dampak Ekologi yang ditimbulkan dari adanya keramba di Danau Sipin :

1.       Konduktivitas Air Danau

Menurut Allan (1995), konduktivitas perairan danau berbanding lurus dengan konsentrasi ion-ion utama yang terlarut di dalamnya, seperti ion Ca2+, Mg2+, K+, Cl-, HCO3– dan SiO2. Perbedaan konduktivitas dipengaruhi oleh komposisi, jumlah ion terlarut, salinitas dan suhu (Allan, 1995). Pembuatan keramba ikan yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi ion-ion dan salinitas karena pengaruh ikan dan pemberian pakan.

2.       Keasaman Air (pH Air)

Semakin banyak jumlah keramba ikan akan meningkatkan jumlah bahan organik yang terlarut dan menyebabkan nilai pH menurun (Alabaster dan Lloyd, 1982), karena konsentrasi CO2 semakin meningkat akibat aktivitas mikroba dalam menguraikan bahan organik (Allan, 1995). Menurut Perry dan Vanderklein (1996), penurunan pH dan alkalinitas dapat mengurangi diversitas spesies dan meningkatkan kodominan oleh beberapa spesies, meningkatkan kejernihan air, memendekkan rantai makanan, meningkatkan resiko mobilisasi timah dan logam berat lainnya. Pemeliharaan ikan dalam keramba di Danau Sipin mempengaruhi tingkat keasaman air. Komposisi kadar CO2, asam karbon HCO3- dan ion bikarbonatserta karbonat CO3 2- dalam sungai merupakan sistem buffer yang efektif. Nilai pH normal akan mengandung HCO3 – yang predominan dan pH sekitar 8,3 mengandung bikarbonat (Allan, 1995).

3.       Kadar Oksigen Terlarut (DO)

Ikan dalam keramba melakukan respirasi sehingga jumlah DO dalam air berkurang. Selain itu, laju metabolik dan kebutuhan oksigen meningkat sesuai dengan peningkatan suhu air (Connel dan Miller, 1995). Efek DO pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk didalamnya adalah suhu yang berpengaruh langsung terhadap kelarutan O2 dan proses metabolisme organisme aquatik. Akan tetapi, penentuan kriteria DO untuk perikanan mengalami kesulitas karena rendahnya tingkat DO yang secara langsung menyebabkan kematian ikan dan DO tinggi tidak menyebabkan efek merugikan terhadap ikan (Alabaster dan Lloyd, 1982).

4.       Nilai KMnO4 dan Kadar Bahan Organik (TOM)

Nilai TOM di antara keramba ikan cenderung lebih tinggi , karena menurut Allan (1995), TOM dapat berupa autochthonous, yang berasal dari perairan itu sendiri seperti pembusukan organisme mati oleh detritus, aktifitas perifiton, makrofita dan fitoplankton. Bahan allochthonous, termasuk di dalamnya bahan organik yang dibawa oleh aliran air dari daerah sekitar.

5.       Jumlah Padatan Tersuspensi (TSS)

Menurut Alabaster dan Lloyd (1982), padatan tersuspensi dapat berupa mineral atau bahan organik yangberasal dari erosi tanah, industri, pembuangan kotoran dan sampah yang dapat ditemukan di air permukaan. Padatan tersuspensi bisa bersifat toksik bila dioksidasi berlebih oleh organisme sehingga dapat menurunkan konsentrasi DO sampai dapat menyebabkan kematian pada ikan. Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami ikan akan semakin berkurang (Alabaster dan Lloyd, 1982).

6. Penurunan Varietas Ekosistem Biotik

Pada air danau terdiri dari banyak jenis ikan yang dapat hidup didalamnya dan juga terdapat organisme lain yang dapat hidup dalam ekosistem perairan tersebut. Pembuatan keramba di Danau Sipin dapat mempengaruhi berkurangnya/ punahnya beberapa spesies misalnya beberapa jenis ikan, karena yang dipelihara hanya ikan patin dan nila saja yang berakibat pada jumlah spesies ikan lain itu berkurang / punah.

7. Peningkatan salah satu organisme tertentu

Karena adanya keramba ikan, menghasilkan kotoran-kotoran  dan sisa-sisa pakan yang menyebabkan tumbuh suburnya tanaman eceng gondok yang mengambil nutrisi dari sana.

8. Kesehatan Masyarakat

Danau Sipin merupakan salah satu sumber air yang dipakai masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibat adanya keramba yang mempengaruhi penurunan kualitas air, dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat menkonsumsi dan memakai air tersebut. Misalnya penyakit : Kulit, diare dll

ALTERNATIF SOLUSI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH

Ekosistem danau merupakan suatu sistem, terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Fenomena tentang penurunan kualitas perairan (pencemaran) yang terjadi di perairan Danau Sipin, menunjukkan permasalahan yang kompleks dan sulit dipahami jika hanya menggunakan satu disiplin keilmuan. Konsep sistem yang berlandaskan pada unit keragaman dan selalu mencari keterpaduan antar komponen melalui pemahaman secara holistik (menyeluruh) dan utuh, merupakan suatu alternatif pendekatan baru dalam memahami dunia nyata. Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi sistem yang efektif (Wardhana, Wisnu Aria, 1995) . Oleh karena itu, kajian tentang pencemaran yang terjadi di perairan Danau Sipin dapat dilakukan dengan pendekatan sistem dalam membangun model pengendalian pencemarannya dalam upaya mewujudkan perairan danau yang bersih dan lestari, sehingga pemanfaatan fungsi danau dapat berkesinambungan.

Diharapkan adanya kesadaran masyarakat sendiri yang memahami peranan Danau Sipin itu dalam kehidupan dan ekosistem. Pengurangan dan pembatasan jumlah keramba perlu dilakukan dan diterapkan pada Danau Sipin. Masyarakat yang bermata pencarian dengan keramba itu perlu mencari solusi alternatif lain dalam budidaya ikan selain pembuatan keramba, misalnya saja budidaya ikan pada kolam/ bak buatan, dll.  Selain itu pemerintah juga harus mengambil peranan yang tegas dalam membuat peraturan, larangan dan izin dalam pembuatan keramba ikan di Danau Sipin. Untuk mengurangi jumlah keramba itu, pemerintah juga harus memberi solusi lain dan bantuan kepada masyarakat untuk membuka budidaya ikan selain keramba, misalnya saja memberi bantuan modal dan pelatihan dalam budidaya ikan kolam, dll.

Danau sipin terletak di pinggiran kota, dari kapasitas (Crying capacity) 300 keramba, kini diisi sekitar 800 keramba, sehingga kondisi airnya sudah tidak sehat lagi untuk budidaya. Danau Sipin itu letaknya sangat strategis dan indah, yang diyakini bisa menjaring wisatawan datang ke Kota Jambi jika ditata menjadi objek wisata tirta. Ke depan pengembangan keramba itu akan disesuaikan dengan kapasitasnya, dan endapan lumpur dan limbah pakan yang sudah menjadi racun akan disedot. Sekeliling danau itu akan ditata dan dibangun berbagai sarana wisata, seperti tempat santai, restoran yang menyajikan makanan khas, tempat penjualan cinderamata dan lainnya.

II.2   PENGENDALIAN GULMA AIR, EROSI DAN PENDANGKALAN

Kegiatan perikanan yang dilakukan di sekitar Danau Sipin adalah perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kegiatan perikanan tangkap meliputi kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat-alat tradisional yaitu dengan menggunakan tangkul (alat tangkap jenis perangkap jaring yang digantungkan menggunakan kayu atau bambo dengan ukuran jarring rata-rata 15 meter x 15 meter), tajur (alat tangkap pancing yang ditancapkan menggunakan bambu dan dibiarkan untuk mendapatkan ikan), pukat (alat tangkap jenis gillnet yang dibiarkan di dalam perairan untuk menjerat ikan), dan tembikar (alat tangkap sejenis bubu yang terbuat dari bambu, kayu atau kawat). Kegiatan perikanan budidaya yang dilakukan adalah budidaya ikan dalam karamba apung. Jenis ikan yang umumnya dibudidaya adalah jenis ikan nila dan ikan botia. Jenis ikan yang teridentifikasi di danau ini jenis ikan betok, botia, bujuk, baung, jelawat, sepat, parang, gabus, gurame, toman, lele, betutu, sumpit, tambakan, dan udang galah.

Permasalahan yang muncul dalam melakukan kegiatan usaha perikanan adalah semakin tertutupnya perairan danau oleh gulma yang sebagian besar jenis eceng gondok, terjadinya pendangkalan dasar perairan akibat kegiatan di hulu, serta sirkulasi perairan yang kurang baik yang mengakibatkan tidak sehatnya ikan yang dibudidayakan. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam upaya pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem dan sumberdaya ikan di perairan umum di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut :

  1. Menurunnya kualitas perairan akibat adanya pencemaran limbah industri , limbah pakan ikan dan rumah tangga serta limbah rumah sakit yang berbahaya bagi kesehatan.
  2. Masih adanya masyarakat yang melakukan penangkapan dengan menggunakan alat dan bahan yang dilarang seperti bahan–bahan beracun dan listrik. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat terlarang berupa setrum listrik dari generator maupun aki dan pengeboman merupakan aksi pembantaian dan ancaman serius bagi sumber daya perikanan perairan umum. Tingginya intensitas penangkapan ikan dengan alat tangkap terlarang, yang membunuh mulai dari telur sampai ikan besar. Beberapa jenis ikan konsumsi yang kini semakin sulit atau jarang tertangkap nelayan adalah belido (Notopterus chitala), lais (Cryptopterus apogon), klemak, patin sungai (Pangasius pangasius), betutu (Oxyeleotris marmorata), ringo, udang galah (Macrobrachium rosenbergii), sengarat, dan baung putih (Mcroness nemurus). Sedangkan beberapa jenis ikan hias air tawar yang sudah punah di antaranya ridiangus, kaca-kaca, dan balashark.
  3. Meningkatnya gangguan dari proses alam seperti pesatnya pertumbuhan gulma air. Gulma enceng gondok yang banyak terdapat di Danau Sipin. Akibat yang terjadi adalah semakin menyempitnya ruang habitat ikan untuk hidup. Gulma tersebut menutupi permukaan perairan, sehingga cahaya matahari berkurang dan jumlah oksigen yang masuk ke dalam perairan sedikit. Dengan kondisi seperti ini, maka diduga akan mengakibatkan kematian ikan di dalamnya yang menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar. Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan nelayan budidaya untuk mengurangi pesatnya gulma eceng gondok ini adalah dengan menebar benih ikan Koan (grasskaaf) di perairan tersebut, karena jenis ikan ini memakan akar dari tumbuhan liar enceng gondok yang kalau dibiarkan dapat menutupi danau tersebut sebagai tempat keramba. Jenis ikan koan yang ditebar tersebut apabila tertangkap untuk dilepas kembali karena manfaatnya sangat besar untuk mengatasi enceng gondok di perairan tersebut. Diharapkan juga nantinya Danau Sipin tersebut ini menjadi bersih dari gulma. Namun upaya tersebut hanya megatasi sebagian kecil perairan danau yang luas. Oleh karena itu diperlukan upaya dari pemerintah untuk membersihkan gulma yang banyak di perairan danau dengan menggunakan peralatan mesin keruk.
  4. Masih kurangnya pemahaman dan perhatian masyarakat terhadap upaya pelestarian lingkungan sumberdaya ikan dan ekosistemnya sehingga kegiatan eksploitasi penangkapan yang tidak bertanggung jawab dan tidak ramah lingkungan.
  5. Masih tertinggalnya kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar sehingga tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya menyebabkan kerusakan sumberdaya ekosistem sangat besar.
  6. Masih kurangnya sarana dan prasarana pengendalian dan pengawasan sumberdaya ikan serta rendahnya kualitas tenaga pengelola yang telah dibentuk.
  7. Pendangkalan; Kondisi perairan danau pada saat musim kemarau panjang mengalami pendangkalan perairan, sehingga menjadi penghambat bagi upaya pemanfaatan dan pengelolaannya. Permasalahan yang muncul adalah terjadinya kesulitan penggunaan sarana transportasi yang umumnya menggunakan perahu. Selain itu, dengan kondisi perairan yang dangkal, maka kondisi hidup ekosistem dan spesies ikan di dalamnya menjadi terancam.

Untuk mengendalikan gulma air, erosi dan pendangkalan diperlukan Rencana Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Air Danau. Pengelolaan sumberdaya ekosistem dan sumberdaya ikan di perairan air tawar telah dimulai dari dahulu melalui sistem pengelolaan oleh masyarakat secara kelompok maupun secara adat. Pengelolaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi perairan dan kondisi sumberdaya ikan agar dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Pengelolaan perairan air tawar ini selanjutnya dikembangkan dan diberdayakan oleh pemerintah baik pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat.

Standar

2 respons untuk ‘KAJIAN EKOSISTEM DANAU SIPIN, KOTA JAMBI

  1. edo evansyah berkata:

    assalamualaikum pak, maaf sebelumnya saya mau bertanya tentang danau teluk kenali jambi, berapakah hasil lertasi danau teluk kenali pada tahun terakhir, jumlah hasil budidaya yang dihasilkan dan dari areal penangkapan di danau teluk kenali tersebut, mohon jawabannya pak .

    Suka

Tinggalkan komentar